Isyarat tangan: Tampilan jempol dalam bahasa tubuh

 Isyarat tangan: Tampilan jempol dalam bahasa tubuh

Thomas Sullivan

Tangan adalah sarana penting dalam komunikasi nonverbal manusia. Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai isyarat tangan dan maknanya dengan bantuan gambar.

Tahukah Anda mengapa manusia menguasai bumi? Menurut Anda, apa yang membuat kita memiliki keunggulan terbesar dibanding spesies lain? Mengapa, di antara semua primata, hanya Homo sapiens yang mampu membuat kemajuan luar biasa?

Selain otak yang sangat canggih dan pintar, ada satu lagi faktor penting yang memungkinkan kemajuan manusia, yaitu adanya jempol yang berlawanan, yaitu jempol yang ditempatkan berlawanan dengan jari-jari, sehingga memungkinkan jempol meregang lebih jauh dari tangan.

Sebagian besar primata (simpanse, gorila, monyet) dan beberapa hewan lain juga memiliki ibu jari yang berlawanan, tetapi mereka tidak dapat menggerakkan ibu jari mereka lebih jauh dari tangan seperti yang bisa dilakukan manusia.

Berkat kemampuan ibu jari yang superior ini, manusia mampu membuat perkakas, senjata, dan struktur yang rumit. Ibu jari juga memungkinkan kita untuk menulis, dan dengan demikian lahirlah bahasa. Bahasa membawa kita pada matematika, ilmu pengetahuan, dan sastra, dan hal-hal inilah yang membawa kita ke tempat kita sekarang ini.

Lihat juga: Mengapa ada orang gay?

Ibu jari secara fisik adalah jari yang paling kuat di tangan manusia. Yang menarik adalah bahwa dalam gerakan tangan, ibu jari menyampaikan pesan yang sama yaitu kekuasaan, dominasi, dan superioritas.

Tampilan ibu jari = tampilan daya

Ketika seseorang menunjukkan jempol mereka dalam komunikasi non-verbal, itu adalah indikasi yang jelas bahwa orang tersebut merasa berkuasa dan superior. Tampilan jempol sering kali disertai dengan gerakan bahasa tubuh lainnya, tetapi juga dapat muncul secara terpisah.

Lihat juga: Ketakutan akan tanggung jawab dan penyebabnya

Mari kita mulai dengan isyarat tampilan jempol yang paling banyak dijumpai, yaitu isyarat 'jempol ke atas'.

Di sebagian besar budaya, gerakan tangan ini berarti, 'Semuanya baik-baik saja', 'Saya bisa mengendalikannya', 'Saya kuat'. Ketika seorang pilot pesawat tempur siap lepas landas, dia membuat gerakan tangan ini untuk meyakinkan rekan-rekannya yang menanyakan apakah dia siap untuk melakukannya.

Ketika seorang pelawak stand-up mengakhiri aksinya yang brilian, saudaranya di antara para penonton melakukan gerakan ini untuk mengatakan, secara non-verbal, 'Penampilan Anda luar biasa dan kuat'.

Perlu diketahui bahwa di beberapa budaya Mediterania, ini adalah isyarat yang menyinggung, dan di beberapa negara Eropa, isyarat ini tidak berarti apa-apa selain 'satu' karena mereka menghitung dengan jari mulai dari ibu jari.

Anda akan sering melihat pria menunjukkan ibu jari mereka ketika mereka ingin memberikan kesan bahwa mereka 'kuat' atau 'keren'. Mereka memasukkan tangan mereka ke dalam saku dan ibu jari mereka menonjol keluar, baik itu saku celana atau mantel.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, tampilan jempol juga bisa menjadi bagian dari klaster isyarat yang juga menyertakan isyarat lain yang menyampaikan emosi lainnya.

Contohnya, apabila seseorang menyilangkan lengannya, ia sedang merasa defensif, tetapi jika ibu jarinya mengarah ke atas, itu berarti ia sedang merasa defensif, tetapi ingin memberikan kesan bahwa ia keren.

Demikian pula, ketika seseorang mengatupkan kedua tangannya di depan, itu berarti dia sedang menahan diri, tetapi jika gerakan tangan ini disertai dengan ibu jari yang mengarah ke atas, itu berarti meskipun dia sedang menahan diri, dia memiliki sesuatu yang kuat untuk dikatakan.

Seseorang yang menunjukkan jempol mungkin juga bersandar ke belakang (apatis), memiringkan kepala ke belakang, memperlihatkan leher (dominasi), atau menggoyang-goyangkan bola kaki mereka untuk menambah tinggi badan (status tinggi).

Hal ini dikarenakan perasaan berkuasa sering kali disertai dengan perasaan apatis terhadap orang lain, merasa dominan, dan merasa bahwa status Anda lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain.

Thomas Sullivan

Jeremy Cruz adalah seorang psikolog berpengalaman dan penulis yang berdedikasi untuk mengungkap kompleksitas pikiran manusia. Dengan hasrat untuk memahami seluk-beluk perilaku manusia, Jeremy telah aktif terlibat dalam penelitian dan praktik selama lebih dari satu dekade. Dia memegang gelar Ph.D. dalam Psikologi dari lembaga terkenal, di mana ia berspesialisasi dalam psikologi kognitif dan neuropsikologi.Melalui penelitiannya yang ekstensif, Jeremy telah mengembangkan wawasan mendalam tentang berbagai fenomena psikologis, termasuk ingatan, persepsi, dan proses pengambilan keputusan. Keahliannya juga meluas ke bidang psikopatologi, dengan fokus pada diagnosis dan pengobatan gangguan kesehatan mental.Semangat Jeremy untuk berbagi pengetahuan membuatnya mendirikan blognya, Understanding the Human Mind. Dengan menyusun berbagai sumber daya psikologi, ia bertujuan untuk memberi pembaca wawasan berharga tentang kompleksitas dan nuansa perilaku manusia. Dari artikel yang menggugah pikiran hingga tip praktis, Jeremy menawarkan platform komprehensif bagi siapa saja yang ingin meningkatkan pemahaman mereka tentang pikiran manusia.Selain blognya, Jeremy juga mendedikasikan waktunya untuk mengajar psikologi di universitas terkemuka, memelihara pikiran para psikolog dan peneliti yang bercita-cita tinggi. Gaya mengajarnya yang menarik dan keinginannya yang tulus untuk menginspirasi orang lain membuatnya menjadi profesor yang sangat dihormati dan dicari di bidangnya.Kontribusi Jeremy untuk dunia psikologi melampaui akademisi. Dia telah menerbitkan banyak makalah penelitian di jurnal ternama, mempresentasikan temuannya di konferensi internasional, dan berkontribusi pada pengembangan disiplin ilmu. Dengan dedikasinya yang kuat untuk memajukan pemahaman kita tentang pikiran manusia, Jeremy Cruz terus menginspirasi dan mendidik para pembaca, calon psikolog, dan rekan peneliti dalam perjalanan mereka untuk mengungkap kerumitan pikiran.